/* navbar ================== */ #bg_nav { background: #ffffff; width: 850px; height: 29px; font-size: 11px; font-family: Arial, Tahoma, Verdana; color: #000000; font-weight: bold; margin: 0px auto 0px; padding: 0px; border-top: 1px solid #000000; border-bottom: 1px solid #ffffff; overflow: hidden; } #bg_nav a, #bg_nav a:visited { color: #000000; font-size: 11px; text-decoration: none; text-transform: uppercase; padding: 0px 0px 0px 3px; } #bg_nav a:hover { color: #000000; text-decoration: underline; padding: 0px 0px 0px 3px; } #navleft { width: 500px; float: left; margin: 0px; padding: 0px; } #navright { width: 220px; font-size: 11px; float: right; margin: 0px; padding: 3px 5px 0px 0px; } #navright a img { border: none; margin: 0px; padding: 3px 5px 0px 0px; } #nav { margin: 0px; padding: 0px; list-style: none; } #nav ul { margin: 0px; padding: 0px; list-style: none; } #nav a, #nav a:visited { background: #ffffff; color: #000000; display: block; font-weight: bold; margin: 0px; padding: 8px 15px 8px 15px; border-left: 1px solid #ffffff; } #nav a:hover { background: #c06000; color: #000000; margin: 0px; padding: 8px 15px 8px 15px; text-decoration: none; } #nav li { float: left; margin: 0px; padding: 0px; } #nav li li { float: left; margin: 0px; padding: 0px; width: 150px; } #nav li li a, #nav li li a:link, #nav li li a:visited { background: #ffffff; width: 160px; float: none; margin: 0px; padding: 7px 30px 7px 10px; border-bottom: 1px solid #ffffff; border-left: 1px solid #ffffff; border-right: 1px solid #ffffff; } #nav li li a:hover, #nav li li a:active { background: #c06000; padding: 7px 30px 7px 10px; } #nav li ul { position: absolute; width: 10em; left: -999em; } #nav li:hover ul { left: auto; display: block; } #nav li:hover ul, #nav li.sfhover ul { left: auto; }

Jumat, 05 September 2008

Ketika Cinta Terlihat

by Achmad Fachrie
Cinta itu indah. Begitu para penyair mengatakan.
Hanya satu kata, tapi menyimpan beribu, bahkan lebih, makna. Sebuah rasa
yang begitu dalam, sehingga tidak dapat dilukiskan kecuali ketika
berada di dalamnya. Ya, cinta itu indah. Berada di ruang kehidupan yang
luas, sangat luas, bahkan melebih luasnya jagat raya ini. Tidak ada yang
dapat menampungnya dan merasakan ketulusannya kecuali jiwa yang
sederhana dan mau merasakan, menerima cinta apa adanya.

Cinta itu amanah, amanah yang tidak ringan. Amanah yang tidak mudah
dijaga dan dibawa kesuciannya hingga ke akhirat kelak. Bahkan ketika
menulis kata cinta ini pun terasa tidak mudah. Ya, karena cinta berasal
dariNya. Layaknya manusia yang diciptakan menjadi khalifah di bumi,
ketika bukit dan gunung tak mampu menerimanya, hanya manusia yang bisa
merasakannya.

Cinta itu tidak terlihat, karena para pecinta sejati hanya mengenal
satu pekerjaan besar dalam hidup mereka, memberi. Bahkan mungkin kita
sendiri tidak mengetahui bahwa cinta saat ini sedang memberi. Bahkan
mungkin kita sendiri tidak menyadari bahwa walau kita menyakiti, ia
akan
terus memberi. Terus memberi tanpa pernah terhenti. Kalau kita mencinta
seseorang dengan tulus, ukuran ketulusan dan kesejatian cinta kita
adalah
apa yang kita berikan padanya untuk membuat kehidupannya menjadi lebih
baik.

Kita adalah air, maka ia tumbuh dan
berkembang dari siraman air kita. Kita adalah matahari, maka ia besar dan berbuah dari sinar
cahaya kita. Apakah kita melihatnya? Seperti pohon tergantung dari siraman air dan cahaya matahari. Maka itu
ketergantungan produktif. Ketergantungan yang menghidupkan. Di garis
ini, cinta adalah cerita tentang seni menghidupkan hidup. Mereka
menciptakan kehidupan bagi orang-orang hidup. Karena itu, kehidupan yang
mereka bangun seringkali tidak disadari oleh orang-orang yang
menikmatinya. Tapi begitu sang pemberi pergi, mereka segera merasakan
kehilangan yang mendalam.

Cinta itu tidak terlihat, tapi tahukah kita untuk "melihatnya"? Caranya
sederhana. Simak dulu pesan Umar bin Khattab RA, "Hanya ada satu
dari dua perasaan yang mungkin dirasakan oleh setiap orang pada saat
orang yang paling berarti atau pasangan hidupnya wafat, merasa bebas
dari beban hidup atau merasa kehilangan tempat bergantung."

Cinta itu tidak terlihat, dan terkadang baru "terlihat" ketika dalam
ketiadaan. Ketiadaan yang memberikan arti bahwa ia ada. Ketiadaan bahwa
baru saja kita kehilangan yang selama ini memberi arti kepada kita.
Ketiadaan yang telah memberikan kita hidup menjadi satu nafas dan
ketika kehilangannya kita serasa kehilangan separuh nafas kita. Ketiadaan
yang baru kita sadari setelah air mata menetes memberi kita arti hidup
yang jauh lebih berarti ketika bersama untuk mendekatiNya.

Maka, apakah ketika cinta terlihat, saat ia sudah pergi atau saat ia
masih ada? Kitalah yang menentukan. "Jangan tanya akal kita tentang
cinta itu apa.
Pastilah akal akan menunjukkan kekurangannya, dan cinta itu pun tak
akan terasa dan menyapa. Tapi tanyailah hati. Jika ia menjawab positif,
walau tak bulat, maka tugaskan akal mencari pembenarannya."

"Karena cinta dan demi cinta langit dan bumi diciptakan, dan atas
dasarnya makhluk diwujudkan, demi cinta seluruh planet beredar dan
dengannya pula semua gerak mencapai tujuannya serta bersambung awal dan
akhirnya. Dengan cinta, semua jiwa meraih harapannya dan mendapatkan
idamannya serta terbebaskan dari segala yang meresahkannya." Ibn Qayyim Al-Jauziyah.

kota santri.com

Tidak ada komentar: